tulisan ini di dasarkan atas artikel berikut : http://politik.news.viva.co.id/news/read/518661-konsultan-it-joko-widodo-bongkar-proyek-kartu-jakarta-pintar
Pertama saya pendukung Jokowi, jadi maaf kalau berat sebelah dan saya berusaha adil walau tidak bisa penuh.
kedua, saya adalah konsultan juga. Mengalami hal yang pernah diberikan oleh Wahyu, tapi hanya waktu yang bisa membuat kita berubah.
ketiga, silakan baca tulisan-tulisan saya yang lain di blog ini. Blog ini bertujuan berbagi ilmu. sangat sayang bila blog ini hanya anda datangi membaca tulisan ini saja.
keempat, saya melihat wahyu sebagai konsultan. Bila dia melakukan mark-up. Saya tidak akan membahas hal tersebut.
Disampaikan Wahyu, kejanggalan yang pertama adalah data mentah daftar siswa tidak mampu di Solo yang diberikan Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kota Solo. Kata dia, data tahun 2010 jumlah siswa di Solo ada 105.000 siswa, sedangkan dinas memberikan data kepada dirinya ada 110.000 siswa.Perlu diketahui, data yang diberikan ini punya dasar. Saya bukan orang lapangan saat itu. Tetapi ada 2 argumen penting disini yaitu
"Masa siswa di Solo semuanya orang miskin. Saya tidak langsung percaya dengan data tersebut,"
- apa dasar dari seorang anak disebut miskin. apakah penghasilan keluarga ataukah hal lainnya
- apakah data yang diberikan sebelumnya (nilai 105) dan selanjutnya (110) mengalami perbedaan persepsi? Disini kita tidak bisa berkata 105 tidak boleh berubah jadi 110!! tetapi kita harus lihat kenapa ada perbedaan.
Karena saya melihat anda adalah konsultan! Mungkin ada bagusnya anda harus konsisten saat itu anda sebagai konsultan program. Bukan auditor program. Ada bagusnya anda teruskan saja pekerjaan hingga selesai dahulu.. Bila urusan kok 105 jadi 110, biarlah auditor yang melakukan!
Menurut Wahyu, merasa ada kejanggalan dengan hal tersebut, kemudian dia menginput data nama-nama siswa tersebut melalui sebuah sofware komputer. Tujuannya agar tidak ada nama siswa dan nomor induk siswa yang ganda.Pertama tindakan Wahyu telah tepat, dia melakukan apa yang harus dilakukan. Tetapi di lain pihak cara ini tidak tepat! Karena data yang masuk dan data yang berikutnya masuk harus tercatat.
Tapi Pemerintah Kota Solo justru menolak data tersebut untuk diperbaharui dan meminta untuk diinput apa adanya sesuai data yang diberikan. Menurut Wahyu, data mentah yang diberikan kepada dirinya diinput melalui program komputer Microsoft Excel.
kedua.. saya turut berduka karena anda mendapatkan excel untuk datanya. Namun bagi saya tidak masalah! Programer itu harus bisa menyelesaikan masalah.. walau programer itulah sumber masalahnya ... HAHAHA... well itu dari sudut pandangku karena harus mengalami hal yang sama!
Kamu tidak bisa menolak kalau Klien menyuruh melakukan hal tersebut! Tetapi yang harus kamu lakukan adalah menjalaninya, bila ada double atau lain hal.. silakan konsultasi lagi.
Data itu kemudian disaring lagi karena harus dimasukan dalam data base program PHP yang berbasiskan website online.maafkan kami para konsultan yang terkadang sulit memakai bahasa yang mudah di fahami. Aslinya dimasukkan ke database (tanpa usah ada penjelasan php). Saya tidak perlu tahu apa database ini mysql, oracle ato malah array ?!?
"Kalau data base PHP kan tidak bisa ada nama yang sama atau dobel-dobel. Kalau excel kan mau dobel sepuluh kali juga bisa saja," katanya.saya tidak faham metode kamu memasukkan data, tetapi kalau yang saya tangkap struktur database kamu perlu di perbaiki.. saya teringat akan pertanyaan
"bagaimana cara membuat 2 primary key dalam database?"
jawabannya adalah bikin 1 primary key dimana isinya 2 field! Karena primary key hanya boleh 1! tetapi tidak menutup kemungkinan isinya 2 field!
bagi saya ada bagusnya kamu membuat 2 table, table utama yang akan diberikan pada klien dan table sampingan yang akan kamu gunakan buat input. Yang klien bisa kaku seperti yang dijelaskan (double ngak boleh) tetapi yang sampingan bolehlah..
Setelah dimasukan ke dalam data base PHP, ternyata data nama siswa yang tidak dobel hanya ada 65 ribu siswa. Menurutnya, itulah data siswa tidak mampu di Kota Solo yang sebenarnya.anda tidak boleh membuat asumsi demikian. Berikan data bila itu memang dari program anda. lalu lakukan rembuk apakah data anda valid (65) atau tidak. Anda juga harus faham, yang terjadi malah anda yang salah.
Ingat problem konsultan itu adalah komunikasi.. walaupun kamu tatap muka saja masih tetap sama. Akan lebih baik kamu pelajari logikanya! itulah sulitnya kita programer. Kita disebut "alien" dan kita memandang klien sebagai "manusia goa"
Dia kemudian melaporkan tapi sempat tidak diterima oleh pihak Pemerintah Kota Solo karena menginginkan data yang 110 ribu siswa itu bukan yang sudah disaring jadi 65 ribu siswa tidak mampu. Karena itu, Wahyu kemudian mengundurkan diri dari proyek besutan Joko Widodo di Solo.saya tidak bisa asumsikan kamu salah. Kamu sudah melakukan yang seharusnya. Dan bila memang kamu keluar dengan pikiran tidak meneruskan dan merugikan pihak dibawah.. Saya beri kamu satu jempol..
Kemudian kejanggalan yang kedua adalah masalah anggaran untuk pelaksanaan kartu pintar di Kota Solo itu. Pada tahun 2008 dan 2009 anggaran untuk kartu pintar itu Rp10 miliar. Kemudian, pada tahun 2010 tiba-tiba anggarannya membengkak menjadi Rp23 miliar, lalu pada tahun 2011 menjadi Rp21 miliar. Lalu pada tahun 2012 membengkak menjadi Rp30 miliar.Terkait dengan tulisan awal, anda bukanlah auditor dan fakta bahwa kita sebagai konsultan itu harus fokus konsultan. Bukan ada selingan jadi auditor. Gw pegang perushaan, tahu berapa pengeluaran dan pemasukan.. Tapi bukan berarti kita berhak membahas anggaran bengkak / tidak. Sebagai seorang konsultan, lebih baik anda membahas yang menjadi daerah kemampuan anda yaitu konsultan.
Ali Usman dan Wahyu kemudian mengingatkan agar Joko Widodo agar sistem itu diperbaharui dan jangan sampai digunakan di Jakarta. Tetapi dihiraukan. Padahal program kartu pintar yang pertamakali diterapkan tahun 2008 di Solo masih bermasalah.terlepas dari saya tidak tahu kedua nama ini.. saya hanya bisa berkata
sistem itu harus diperbarui.. dan diperbarui oleh orang yang bersih.. yang make juga bersih.. dan di awasi oleh orang bersih. Saya mengalami hal itu.. saya berusaha bersih.. tapi kalau yang make (staff) tidak bersih.. BOCOR.. akhirnya saya harus update..
Tapi saya ngak bisa update kalau yang mengawasi juga bocor!! jadi pada dasarnya kita harus bisa bersih!! kalau perlu update terus-menerus! Kembali lagi mental buruk kita, dimana ada celah.. GUNAKAN!! untungnya saya tidak demikian..
Kesimpulan:
Program tidak ada yang sempurna. Bahkan bisa dibilang program yang sensitif dengan uang sendiri haruslah di awasi baik dari dalam dan luar. Ini sendiri terkait dengan pemakainya (staff), bila bermasalah maka akan ikut yang lain.
Karena program adalah benda mati, dia hanya terima input dan keluar hasil. Tidak bisa membela diri, maka wajar bila jawaban paling mudah adalah.. SALAH PROGRAM.. yang bikin siapa? PROGRAMER disalahkan!
Sebagai konsultan itu tak mudah. Apalagi konsultan yang harus membatasi diri. Jangan kita menjadi konsultan dan auditor. Masalahnya kita tidak dibayar untuk menjadi auditor ?!? hanya sebagai konsultan. jadi untuk konsultan pemula, ingatlah untuk membatasi diri pada batas yang sudah ditentukan. Bila kamu menjadi auditor juga, ingat selalu mendelegasikan apa yang kamu temukan! walaupun kamu tidak mendapatkan respon positif dari klien.
Akhir kata...
maaf sudah membuang waktu berharga anda membaca tulisan panjang saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar