Apabila ada kisah yang sering dinyanyikan oleh penyair maka kisah Raja Tunggal dan kehebatannya menguasai dunia adalah kisahnya. Walau sudah beberapa kali didengar, tidak ada yang merasa bosan. Bahkan entah berapa kali penyair itu mengubah ceritanya agar sesuai dengan kafe dimana dia berada.
Menjadi seorang penyair bukan Cuma bercerita dan bersenandung tentang kisah-kisah heroik para pahlawan dimasa lalu. Tetapi ini adalah tugas untuk melindungi kisah yang akan hilang bila tidak ada yang mengingatnya.
Kata-kata tersebut berasal dari gurunya yang telah lama tiada. Gurunya adalah orang yang secara langsung merasakan dampak perang dimasa lalu yang berujung menjadi kemenangan besar raja tersebut. Tetapi apabila sang guru adalah orang yang langsung berperan di masa itu, umurnya pasti sangatlah tua! Tetapi nyatanya sang guru berumur tidak setua itu. Walaupun sang guru telah tiada sepuluh tahun yang lalu, sang penyair terus menyanyikan lagu sama yang dinyanyikan oleh gurunya.
Walaupun suara sudah hampir menghilang dan dia telah lupa alur cerita dimasa lalu. Tetapi kisah heroic pahlawan masa lalu tetap didengar oleh para pengunjung kafe. Entah mereka datang untuk mendengarkan kisah heroiknya atau hanya sekedar minum melepas penat.
Tidak ada yang tahu bila kisahnya itu tidak sepenuhnya sama dengan kisah masa lalu atau kisah yang di nyanyikan oleh gurunya. Tetapi sepertinya tidak ada yang peduli. Bahkan kisah fiksi yang dia buat sendiri tentang putri yang hilang. Kisah yang dia buat sendiri dimana dia mendapatkannya dari mimpi.
Siapa nama putri kerajaan itu tidak ada yang tahu . Semua berawal dari kisah bangsawan dari kerajaan Agung, mereka hendak menuju kearah istana Agung dimana salah satu keluarganya akan di anugerahi oleh raja sebuah gelar tinggi. Gelar yang membuat keluarga bangga kepadanya.
Tetapi dibalik tingginya gelar tersebut, ternyata ada yang merasa iri kepadanya. Dalam perjalanan, Keluarga tersebut diserang oleh binatang buas dan seorang putri kecil telah hilang dalam penyerangan tersebut.
Kehilangan sang putri membawa duka bagi kerajaan tetapi perlahan hilang bagai pasir tertiup angin. Banyak pendekar dan orang bayaran diminta mencari keberadaan putri tersebut, tetapi tidak satupun membawa kisah baik tentang putri tersebut.
Beberapa tahun setelah kisah duka itu, terdengar kisah monster yang di pimpin oleh seorang manusia. Beberapa menduga dia adalah perempuan, beberapa berkata monster yang dapat merubah dirinya menjadi manusia dan banyak kisah lainnya. Dikatakan bila menemuinya, maka dia tidak akan dapat kembali.
Tetapi kisah ini lalu terhenti, karena tenggorokannya telah kering dan dia tidak dapat memikirkan apa kisah berikutnya. Melihat tidak seorangpun mendengar kisahnya, dia lalu mengambil minuman yang tersisa di depannya lalu menenggaknya dan pergi.
Inilah kisah hidup seorang penyair, dimanapun dia berada dia harus menyanyikan kisah heroik atau kisah yang membangkitkan semangat. Tetapi dia tidak melihat semangat itu sejak beberapa tahun yang lalu. Semangat seolah padam dan tidak ada siapapun yang berniat membangkitkannya.
Mundur ke beberapa puluh tahun sebelumnya, dia mengikuti penyair yang kemudian menjadi gurunya. Saat itu gurunya menolak dirinya dan pergi meninggalkannya, tetapi dia tetap mengikuti kemana gurunya pergi. Dan akhirnya menjalani hidup menjadi seorang penyair.
Inilah kehidupannya, dia tidak tahu apakah hari ini dapat makan, minum atau tidur layak. Tidak ada kemenangan dari kisah yang dia ceritakan. Tetapi segenggam uang adalah kemenangan yang dia terima, setelah itu semuanya kosong. Kadang dia berharap agar suatu saat nanti dia menemukan bahwa jalan yang dia lalui adalah yang terbaik.
Walau jalan yang dia lalui bukanlah yang terhebat buatnya. Berfikir seperti itu membuat dia menyadari bahwa perjalanannya dan pikirannya yang penuh telah membuatnya meninggalkan kota. Kota dimana dia menceritakan kisah putri yang hilang tersebut. Yang ada dipikirannya saat ini adalah kemana dia akan makan besok, apakah dirinya bisa tidur dan mendapat kehangatan yang cukup.
Dia tidak menyadari bahwa beberapa pendekar mendekati dirinya. Mereka mendahului dirinya, lalu menghalangi jalannya. Menyadari dirinya dalam kepungan. Dia ketakutan, bahkan menjatuhkan roti yang dia bawa saat dari kafe.
“jangan sakiti saya. Saya tidak punya apa-apa” ujarnya ketakutan.
“Merampokmu?!” lalu salah satu dari mereka tertawa, penyair ketakutan. “kamu tidak punya apa-apa yang bisa kami rampok” lalu dia terdiam. “Kecuali kulitmu” katanya lagi
“Itupun kalau laku dijual” sahut temannya yang ada dibelakang penyair.
Penyair sangat bingung apa yang di inginkan oleh mereka bertiga. Tampaknya penyair ini tak menyadari dirinya dikelilingi bukan hanya bertiga tetapi berlima. Lalu salah satu memegang pundak penyair tersebut dari belakang.
“Kami butuh jawaban darimu” ujar yang memegang pundak penyair tersebut. Entah apakah Penyair terlalu lemah atau ketakutan, pegangan itu serasa dipukul. Penyairpun jatuh terkulai.
“Kamu memegang terlalu keras” kata seseorang dengan suara yang lebih halus. Ternyata suara itu berasal dari seorang wanita. Penyair tidak tahu apakah dia bisa menolong atau malah lebih buruk.
“Kami ingin tahu tentang ceritamu barusan” ujar orang lainnya. Sang Penyair berusaha bangun dan memandangi sekitarnya terutama sang wanita. “kisah tentang putri yang menghilang” katanya menyambung keheningan.
“dari mana kamu mendapatkan kisah itu” Tanya sang wanita pada penyair.
Ditanyakan seperti itu membuat bimbang sang penyair, apakah dia bisa mengatakan kalau kisah itu bohong. Bila iya maka dia akan dicap sebagai penyair dan dia tidak akan mendapatkan tempat yang hangat untuknya beristirahat. Tetapi bila dia berkata bohong, apakah kebohongan dapat menyelamatkan dirinya. Lalu sang penyair terdiam, berharap akan datang sesuatu yang menolongnya. Sesuatu yang tidak pernah dia duga sebelumnya.